Monday, July 21, 2008

SATE KARANG

SATE KARANG

Sate karang bisa ditemui di wilayah Kota Gede di malam hari. Disebut Sate Karang karena lokasi penjualannya di Lapangan Karang, Kota Gede. Sate ini dibuat dari daging sapi yang dibumbui saus kacang lalu disajikan bersama lontong dan kuah lodeh. Unik dan lezat.

Di kedai ini tidak disediakan tempat duduk seperti pada umumnya. Para pembali duduk lesehan di atas tikar yang digelar di lapangan. Tentu saja, pantat kita agak terasa basah saat menduduki tikar, tapi begitu mulai menikmati satai dan wedang ronde, badan jadi terasa hangat.

Nah, kalau malam Minggu atau bulan purnama, sebaiknya kita datang sebelum pukul 7 malam. Kalau tidak, kita harus rela antre! "Minimal kita harus menyediakan 30 kilogram daging sapi, kalau pas ramai. Untuk ketupatnya dibutuhkan sekitar 20 kilogram beras," jelas Bpk.Prapto Hartono, penerus dan pemilik Sate Karang.

Jangan salah kira, lo. Sate Karang ini sudah terkenal sejak tahun 1948. Cuma saja saat itu masih dijual berkeliling oleh Pak Karyo Semito, ayah Prapto. Baru mulai tahun 1955, Karyo memutuskan menetap di Lapangan Karang.

YANGKO

YANGKO

Yangko adalah salah satu jenis oleh-oleh yang disukai. Selain rasanya enak, juga tahan lama. Kalau menginginkan yangko yang enak, mampirlah di toko Ngudi Roso Jl. Masjid Besar 1. Di toko inilah, kita bisa memperoleh yangko asli dengan merek Yangko Ibu Darto.

Saat ini yangko tampil dalam berbagai rasa. Ada rasa durian, stroberi, dan frambos. "Itu permintaan pasar, kok," jelas Pak Ketut, putra Ibu Darto, yang kini juga turut memproduksi yangko.

Industri yangko di Kota Gede masih merupakan industri rumah tangga."Saya hanya punya 2 tenaga untuk bisa memproduksi sekitar 300 dos dalam sehari. Bahkan untuk memotong dan mengemas, kita masih pakai tangan, lo," tambah Ketut bangga.

BAKPIA

BAKPIA

Siapa tak kenal bakpia Patuk? Bakpia khas Yogya ini bisa ditemui di mana-mana. Mereknya beragam. Mulai dari Bakpia Patuk 75, sampai 25, 55, dan 35. Tak kita sangka, awalnya bakpia cuma ditawari dari rumah ke rumah oleh sang pemilik, Ny. Lie Bok Sing. Saat itu tidak hanya bakpia yang dijual, tetapi karena banyak peminatnya, akhirnya ia mengkhususkan diri pada bakpia.

Karena tanpa bahan pengawet, bakpia Patuk 75 tidak dapat bertahan terlalu lama. Paling-paling hanya sekitar 3 hari saja. "Sebaiknya kalau mau dibawa ke luar kota, diangin-anginkan dulu, jangan panas-panas langsung ditutup dan dibawa pergi," jelas Ny.Wenny, pengawas cabang Bakpia Patuk di jl. H.O.S. Cokroaminoto.

Saat ramai, produksi bakpia bisa mencapai 4 sampai 5 karung tepung terigu. Pembuatannya pun bisa lembur sampai pukul jam 7 malam. Di hari-hari biasa mereka hanya membutuhkan 2 karung tepung saja. Bakpia Patuk 75 hanya menyediakan bakpia isi kumbu/ kacang hijau yang diambil dari Blora.

Thursday, July 10, 2008

PENGANAN TRADISIONAL

PENGANAN TRADISIONAL TRUBUS

Kalau jalan-jalan sekitar Yogya, Anda akan sering kali bertemu ibu-ibu setengah baya menggendong wadah dari bambu dicat krem muda dengan tulisan Trubus berwarna merah. Mbok penggendong tenong ini menjajakan berbagai jajan pasar yang nikmat untuk dikudap.

Jajanan yang disediakan biasanya berupa kue mangkok, kue pepe, bakwan udang, dan macam-macam makanan basah lainnya hingga bakmi atau bihun goreng. Tapi di hari-hari tertentu, penjual tenongan Trubus tersebut membawa makanan-makanan yang berbeda. Rabu, misalnya, ia membawa semar mendhem, Sabtu menjual selat atau lumpia. Soal rasa? Jelas enak! Soalnya penjual tenongan Trubus tadi mengambil makanannya dari Toko Trubus yang pusatnya di Jl. Poncowinatan, dekat Pasar Kranggan.

ANEKA SATE

SATE MANIS

Kalau pergi ke Pasar Bringharjo di Yogya, jangan lupa mampir untuk mencicipi sate manis. Disebut sate manis karena rasanya manis. Daging sapi yang dipergunakan adalah daging sapi bagian sandung lamur yang banyak memiliki lemak.

Untuk bisa menikmati sate manis ini, kita hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp. 3500 sampai Rp. 6000 per 10 tusuk. Sambil makan sate yang dipincuk, Anda bisa jalan-jalan di pasar yang menjual banyak batik ini.

ANEKA SATE

Di Yogya selain ada sate manis, ada pula sate kambing maupun sate ayam. Ini memang bukan sate khas Yogya, tapi bagi orang-orang Yogya, sate ayam Podomoro di Jl. Mayor Suryotomo, termasuk favorit. Di kedai sate Podomoro, kita bisa memilih sate daging ayam biasa, jerohan ayam, kulit, atau telur muda. Menyantapnya bersama perasan air jeruk, bawang merah mentah atau potongan cabai rawit yang bisa diambil bebas.

Warung Sate Pak Amat terbuka bagi Anda yang gemar sate kambing. Warung ini buka dari pukul 12 siang sampai menjelang tengah malam. Sate kambing yang dijual di sana bukan saja daging atau bagian hati saja. Tersedia juga sate jeroan sampai pada bagian torpedo dan ginjal. Selain sate, di sini Anda bisa menikmati tongseng atau gulai.

GUDEG NARNI

GUDEG

Begitu sampai di Yogya, pasti gudeg-lah yang kita cari pertama kali. Betul di Jakarta atau kota lainnya, makanan ini bertebaran di mana-mana, tetapi belum sreg rasanya kalau tidak mencicipi gudeg asli Yogya.

Banyak kedai atau restoran yang menggelar gudeg. Bahkan hotel-hotel berbintang di Yogya pun menyuguhkan gudeg. Namun salah satu gudeg yang kini dicari orang adalah Gudeg Ibu Wito atau Yu Narni. Tempatnya di Jl. Kebon Ndalem, sekitar 100 meter dari Jl. P.Mangkubumi.

Narni mewarisi usahanya dari sang ibu, Ibu Wito, sejak tahun 1976. Usia kedai gudegnya lumayan tua, sejak tahun 1959. "Ibu saya mulainya di dalam Kebon Ndalem sini, tapi makin lama makin maju usahanya, sekarang bisa berada di depan gang Kebon Ndalem. Sempat juga di pinggir Jl. Mangkubumi, tapi sering kali saat ada tamu agung yang lewat jalan tersebut, kami yang berjualan harus masuk ke dalam gang. Ngumpet. Lama kelamaan, daripada bersusah payah, kami berjualan di dalam Jl. Kebon Ndalem sampai saat ini," jelasnya.

Warung gudeg Mbak Narni yang berukuran 2 X 10 meter ini tiap pagi selalu dijejali pembeli sejak pukul 6 pagi sampai 9 malam. Pembelinya pun beragam. Karena itu harganya pun tidak sama. "Dua ratus rupiah boleh. Apalagi ratusan ribu," canda Narni.

Di hari biasa, Mbak Narni bisa meneyediakan ayam opor sampai 20 ekor. Tapi hitungan tersebut bisa berlipat lima saat memasuki musim liburan atau Lebaran. "Untuk nangka mudanya saja saat ramai saya bisa menghabiskan 1 1/2 kwintal, kok," terangnya.

Banyak pejabat dan selebritis yang pernah mampir ke warung Mbak Narni. Mereka pernah mencoba sajian lengkap gudeg buatan Mbak Narni yang dilengkapi dengan telur, ayam opor, tahu dan tempe bacem, serta areh (saus dari santan kelapa, Red) dan sambel goreng krecek. Uniknya gudeg Mbak Narni adalah manis dan kering, tidak berair.

"Gudegnya dimasak dengan api dari kayu bakar. Ini yang tetap saya pertahankan sampai sekarang walaupun harus berkorban rumah saya jadi kotor terkena jelaga," tuturnya. Karena kering, gudeg buatannya bisa tahan sehari. Padahal dijamin tanpa bahan pengawet hingga bisa dibawa untuk oleh-oleh yang dikemasnya dalam kendil (wadah dari tanah liat,.).

Mau gudeg yang lain? Mampirlah ke wilayah Wijilan. Di sana Anda bisa sarapan gudeg. Tetapi jangan lewat dari pukul 10 pagi, Anda bakal gigit jari karena kehabisan.

Gudeg Juminten juga termasuk kedai gudeg yang berusia tua dan terkenal. Letaknya di Asem Gede, belakang Pasar Kranggan. Gudeg Juminten cocok untuk dibawa bepergian karena dikemas dalam kendil. Agar tidak basi, saus areh dan sambalnya dikemas tersendiri. Gudegnya sendiri tidak terlalu kering, dan di atas gudeg diberi potongan ayam goreng yang digoreng a la ayam Mbok Berek. Untuk satu gudeg kendil kecil dan setengah ayam goreng harganya Rp. 25.000, dan Rp. 35.000 untuk gudeg kendil besar.