GUDEG
Begitu sampai di Yogya, pasti gudeg-lah yang kita cari pertama kali. Betul di Jakarta atau kota lainnya, makanan ini bertebaran di mana-mana, tetapi belum sreg rasanya kalau tidak mencicipi gudeg asli Yogya.
Banyak kedai atau restoran yang menggelar gudeg. Bahkan hotel-hotel berbintang di Yogya pun menyuguhkan gudeg. Namun salah satu gudeg yang kini dicari orang adalah Gudeg Ibu Wito atau Yu Narni. Tempatnya di Jl. Kebon Ndalem, sekitar 100 meter dari Jl. P.Mangkubumi.
Narni mewarisi usahanya dari sang ibu, Ibu Wito, sejak tahun 1976. Usia kedai gudegnya lumayan tua, sejak tahun 1959. "Ibu saya mulainya di dalam Kebon Ndalem sini, tapi makin lama makin maju usahanya, sekarang bisa berada di depan gang Kebon Ndalem. Sempat juga di pinggir Jl. Mangkubumi, tapi sering kali saat ada tamu agung yang lewat jalan tersebut, kami yang berjualan harus masuk ke dalam gang. Ngumpet. Lama kelamaan, daripada bersusah payah, kami berjualan di dalam Jl. Kebon Ndalem sampai saat ini," jelasnya.
Warung gudeg Mbak Narni yang berukuran 2 X 10 meter ini tiap pagi selalu dijejali pembeli sejak pukul 6 pagi sampai 9 malam. Pembelinya pun beragam. Karena itu harganya pun tidak sama. "Dua ratus rupiah boleh. Apalagi ratusan ribu," canda Narni.
Di hari biasa, Mbak Narni bisa meneyediakan ayam opor sampai 20 ekor. Tapi hitungan tersebut bisa berlipat lima saat memasuki musim liburan atau Lebaran. "Untuk nangka mudanya saja saat ramai saya bisa menghabiskan 1 1/2 kwintal, kok," terangnya.
Banyak pejabat dan selebritis yang pernah mampir ke warung Mbak Narni. Mereka pernah mencoba sajian lengkap gudeg buatan Mbak Narni yang dilengkapi dengan telur, ayam opor, tahu dan tempe bacem, serta areh (saus dari santan kelapa, Red) dan sambel goreng krecek. Uniknya gudeg Mbak Narni adalah manis dan kering, tidak berair.
"Gudegnya dimasak dengan api dari kayu bakar. Ini yang tetap saya pertahankan sampai sekarang walaupun harus berkorban rumah saya jadi kotor terkena jelaga," tuturnya. Karena kering, gudeg buatannya bisa tahan sehari. Padahal dijamin tanpa bahan pengawet hingga bisa dibawa untuk oleh-oleh yang dikemasnya dalam kendil (wadah dari tanah liat,.).
Mau gudeg yang lain? Mampirlah ke wilayah Wijilan. Di sana Anda bisa sarapan gudeg. Tetapi jangan lewat dari pukul 10 pagi, Anda bakal gigit jari karena kehabisan.
Gudeg Juminten juga termasuk kedai gudeg yang berusia tua dan terkenal. Letaknya di Asem Gede, belakang Pasar Kranggan. Gudeg Juminten cocok untuk dibawa bepergian karena dikemas dalam kendil. Agar tidak basi, saus areh dan sambalnya dikemas tersendiri. Gudegnya sendiri tidak terlalu kering, dan di atas gudeg diberi potongan ayam goreng yang digoreng a la ayam Mbok Berek. Untuk satu gudeg kendil kecil dan setengah ayam goreng harganya Rp. 25.000, dan Rp. 35.000 untuk gudeg kendil besar.